Teks anekdot tentang hutang negara
B. Indonesia
meilanijes9825
Pertanyaan
Teks anekdot tentang hutang negara
1 Jawaban
-
1. Jawaban fianfirlis
SEBUAH PERANGKAP BERNAMA UTANGOleh : Nurul Fauziah
Utang adalah kecemasan di malam hari dan kehinaan pada siang harinya
( sebuah atsar)
Pertama kali saya membaca kalimat bijak di atas, perasaan saya mengatakan bahwa ada benarnya juga atsar—perkataan sahabat tersebut. Kebenaran atsar tersebut menjadi lebih kuat ketika didasari dan dibuktikan dari pengalaman orang-orang disekitar saya bahkan tak dipungkiri saya pun juga terkait suka duka ketika memiliki utang.
Sebut saja Bu Dila (nama samaran), suatu hari dia menumpahkan segala kekecewaannya terhadap majikannya kepada saya. Pasalnya sudah empat bulan terakhir ini gajinya belum dikeluarkan majikannya. Tentunya Bu Dila kesal bukan main, berkali-kali Bu Dila mencoba bertahan dan berharap gajinya segera dibayar, namun seperti pungguk merindukan bulan. Bu Dila tetap mencoba untuk bersabar dan memahami kesulitan sang majikan.
Kesulitan keuangan membuat Bu Tati terjebak dalam perangkap yang bernama utang. Ada sedikitnya tiga bank yang beliau isi formulir pengajuan peminjaman uang yang tentunya bunga bank yang harus dibayar dikemudian hari tidaklah sedikit. Belum lagi kredit motor yang belum lunas, kredit HP dan barang kredit lainnya. Bayangkan bagaimana kalang kabutnya Bu Tari membayar bunga kreditnya saat tiba jatuh tempo pembayaran. Sampai tak jarang Bu Tati dihantui oleh para rentenir yang datang menagih utang ke rumah. Kedatangan mereka kadang disambut Bu Dila sang pegawai yang membantu usaha jahit menjahit yang dibuka Bu Tati. Tentu saja untuk menyelamatkan sang majikan, Bu Dila lebih sering mengeluarkan jurus 1001 alasan serta kebohonga-kebohongan yang harus di karang tentang keberadaan Bu Tati. Bahkan karena saking takutnya ditagih Bu Tati sampai harus bersembunyi di bawah kolong meja, untuk menghindari para penagih utang yang tak kenal ampun dan Bu Dila terpaksa harus berbohong lagi.
Imam Al-Qurthubiy berkata,” Para ulama berpendapat bahwa aib dan kehinaan itu diakibatkan sibuknya hati dan pikiran serta perasaan cemas yang senantiasa menggelayutinya karena ingin melunasi utangnya dan perasaan minder dan merasa hina ketika bertemu dengan orang yang mengutangi dan amat menderita karena telah menunda perlunasan hutangnya sampai melebihi batas yang ditentukannya.